Berhari-hari sudah aku merenung dibalik meja kerjaku yang
dipenuhi tumpukan file dan surat yang harus aku periksa, tak ada satu pekerjaan
pun yang bisa aku tangani hingga selesai dengan baik hari ini. Kepalaku
dipenuhi oleh pikiran-pikiran mengenai mimpi-mimpi yang mendatangi tidurku
setiap malam kini.
Sebelumnya tak pernah sesering ini mimpi itu menghampiriku,
kini terasa lebih jelas. Aku bahkan hampir mampu mengingat wajah wanita itu,
wajah wanita yang selalu hadir dalam setiap mimpi anehku. Belakangan lokasi
mimpiku selalu ditempat yang sama, areal perkebunan bunga lavender yang
terbentang luas sepanjang cakrawala. Kami hanya berdua, tiada makhluk hidup
lain disekitar kami. Bahkan tak seekor burung pun terlihat beterbangan di
langit, hanya langit cerah dengan awan tipis membayangi langit biru.
Wanita itu tumbuh dalam mimpiku. Selama sepuluh tahun dia
mengisi mimpi anehku, aku melihat perubahan fisiknya dengan nyata. Pertama kali
aku melihatnya, dia hanyalah gadis remaja kecil masih dengan ikat kuncir kuda
disamping kepalanya. Dengan rok dan kaos polos sambil memegang bunga mawar
merah dikejauhan ketika pertama kumelihatnya.
Dia selalu tersenyum, butuh waktu setahun baginya http://volcanoresolves.blogspot.com untuk
menyerahkan bunga yang sedang dipegangnya dengan erat padaku. Sejak saat itu
kami selalu menghabiskan waktu berdua, duduk diam dikursi tunggu stasiun kereta
api, memandang ke sudut jauh rel kereta api, menunggu gerbong kereta yang tak
kunjung datang.
Dunia dalam mimpiku begitu aneh, begitu sunyi senyap. Tak ada
suara hewan, hanya semilir angin yang membelai dedaunan pada pohon dan
rerumputan. Tapi dunia itu serasa nyata, wangi-wangi bebungaan dan udara yang
segar bisa kurasakan, harum dan memenuhi paru-paru.
Sungguh jauh berbeda dengan udara yang biasa kuhirup untuk
bernafas. Polusi udara yang semakin berat telah meracuni oksigen, terkadang aku
memerlukan sebuah masker untuk melindungi pernafasanku bila ingin berjalan
menyusuri trotoar di sepanjang jalan menuju kantorku.
Yah, terkadang aku memang lebih memilih berjalan kaki dan
meninggalkan mobilku lima blok jauhnya, hanya untuk meregangkan sedikit
otot-otot tubuhku yang seharian terpaksa berkutat di atas kursi kerja yang kini
telah menusuk pantatku bagaikan ribuan duri yang sangat menyakitkan.
Saat ini, aku bekerja sebagai kepala konsultan bisnis dan
keuangan di perusahaan milik ayahku. Reich’s Financial Solution, sebuah
perusahaan investasi yang memberikan pinjaman dana bagi siapapun yang memenuhi
syarat. Singkatnya, ayahku memiliki sebuah usaha keuangan yang telah memiliki
rantai kerjasama di seluruh dunia berupa Bank, tempat orang menabung dan
meminjam kredit.
Kami mengurusi keuangan bank-bank yang tergabung dalam
kelompok rantai finansial itu dan bertugas me-manage segala urusan komplain
serta bertanggung jawab mewakili bank-bank itu di pemerintahan bila bank-bank
itu memiliki masalah. Bukan pekerjaan yang mudah, terutama bila bank-bank yang
kami wakili itu tersangkut dengan masalah korupsi, maka tak heran perusahaan
kami memiliki banyak pengacara-pengacara handal di setiap negara dimana bank
yang tergabung dalam rantai finansial ini berada.
Tak kurang dari tiga puluh negara-negara besar di dunia telah
tergabung dalam rantai finansial kami, sehingga bila pekerjaan dimejaku ini
tidak kuselesaikan hari ini juga maka kerugian yang kami derita akan sangat
menyakitkan.
Kembali pada mimpiku, setiap aku terbangun dari mimpi itu
perasaan hampa yang sama selalu menghampiri. Hampa, kosong, kesepian, seolah
ada sesuatu yang diambil dari dalam hidupku. Perlahan-lahan, sedikit demi
sedikit perasaan itu mengubahku menjadi diriku sekarang. Aku jarang berbicara
bila tidak perlu, aku pendiam, lebih senang larut dalam pikiranku sendiri
daripada berbicara dengan orang lain.
Untungnya aku tidak perlu berpura-pura berbicara dengan orang
lain karena kedudukanku di perusahaan ini. Aku hanya berbicara bila
menginginkan sesuatu, terkadang aku menuliskan memo pada bawahanku dan
mendiktekan perintah-perintah melalui email yang kukirimkan pada setiap kepala
bagian. Aku tak perlu bersusah-susah menjual ucapanku di depan para direktur
bank-bank yang berkerja sama dengan kami, karena tugas itu sudah diambil oleh
ayahku.
Aku cukup memberikan bahan-bahan yang harus dipresentasikan
olehnya. Ayahku cukup mengerti dengan keenggananku berbicara di depan publik,
saat aku kanak-kanak aku cukup aktif berbicara, hanya karena diterjang oleh
mimpi-mimpi aneh inilah akhirnya keinginan untuk mengungkapkan isi hatiku mulai
kuhapus.
Tak akan ada yang mengerti apa yang kualami, mereka akan
memandangku dengan pandangan iba dan menganggap aku gila. Atau mungkin aku
memang gila, mungkin benar kata mereka, aku gila. Gila karena membayangkan
diriku bermimpi hal yang sama selama sepuluh tahun. Bukankah itu gila?
Saat tahun-tahun pertama aku mendapat mimpi ini, hampir semua
temanku mengetahui mimpiku, namun lambat laun mereka hanya menganggap
perbuatanku ini sebagai kelakukan pemuda yang mencari perhatian lebih. Hah! Aku
tidak memerlukan perhatian lebih, aku tidak perlu berbohong hanya untuk mencari
perhatian.
Perhatian apa yang aku perlukan? Untuk mendapatkan lawan
jenis? Tidak perlu! Meskipun aku tak banyak
bicara saat bersama orang banyak, aku tak perlu berbicara juga di atas
ranjang kan? Dan aku tidak kesulitan untuk mencari penghangat ranjangku. Bahkan
aku pernah memiliki hubungan yang cukup serius dengan beberapa wanita meskipun
akhirnya kami berpisah karena kurangnya chemistry
yang kami rasakan.
Aku tidak menyalahkan mereka, nampaknya mereka tidak sanggup
menghadapiku yang pendiam dan lebih banyak merenung daripada mengikuti
keinginan mereka untuk bersenang-senang di klab malam ataupun dunia malam lain
dan pesta-pesta glamour yang semestinya kuikuti.
Terkadang aku mendapat undangan pesta dari kerabat bangsawan
keluarga ibuku, yang sering kutolak. Aku tidak terbiasa berada dalam lingkungan
seperti itu, ayahku mendidikku menjadi orang biasa, menjadi manusia yang
menganggap semua manusia lain adalah sama.
Dan itulah yang aku percayai hingga kini, yang membedakanku
dengan orang lain hanyalah seberapa keras aku berusaha dan seberapa besar
keberuntungan yang kumiliki, hanya itu.
Handphoneku berdering keras membuyarkan lamunanku akan mimpi
yang sering kualami. Ayah menelphoneku, sudah waktunya berangkat ke tempat
makan siang kami. Disana kami akan menemui seorang rekan dalam pemerintahan
yang biasanya menangani masalah pelulusan izin permintaan kredit jaminan bank.
Kami perlu menjelaskan beberapa hal padanya agar tujuan akhir
kami dapatkan, sudah tiga bulan permintaan izin ini terbengkalai dan kami
benar-benar tidak memiliki banyak waktu lagi. Kami harus bisa membujuknya agar
membantu kami, atau kami harus bersiap-siap kehilangan satu bank rekanan yang
terkena kredit macet akibat pengaruh krisis ekonomi.
Aku menyambar jas hangatku, saat ini London sedang dilanda
musim gugur yang cukup sejuk. Meski tak sedingin musim salju, namun angin yang
berhembus dengan kencang mampu menusuk hinga ke tulangmu saat malam hari.
Tubuhku pernah hampir membeku ketika menunggu jemputan limousine ayahku untuk
membawa kami ke sebuah pertemuan bisnis lain, bila tiada rokok ditangan mungkin
aku benar-benar harus dirawat dirumah sakit waktu itu.
Ayahku telah menunggu di lobi, dia sedang berbincang dengan
seseorang, mungkin asistennya aku tidak terlalu jelas melihatnya. Untuk laki-laki
seusianya, Mr. Josh Reich masih terlihat elegan dan tampan. Bila ayahku seorang
don juan, aku yakin dia mampu menggaet wanita manapun yang dia inginkan. Tapi
demikian, ayahku cukup setia pada istrinya, aku tidak pernah mendengar
desas-desus mengenai perselingkuhannya diluaran.
Ayahku adalah orang yang disiplin bila memberi aturan pada
orang lain, terutama diriku. Dia mencoba membentukku menjadi apa yang tidak dia
bisa. Namun aku tidak yakin hal apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Josh
Reich, hal apa yang harus kulakukan untuk membuat ayahku mengakui kehebatanku?
Ah.. aku memang tidak memiliki kehebatan apa-apa, aku
hanyalah anak laki-laki satu-satunya dari ayahku. Kedua adikku berbeda ibu
adalah perempuan, mereka kini sedang berada dibangku high school dan belum mengerti mengenai bisnis. Aku tak akan heran
bila suatu hari ayah lebih memilih untuk menikahkan mereka tanpa memberikan
mereka kesempatan menginjakan kaki di perusahaan ini.
Ayahku adalah pria yang cukup kolot, dia tidak membiarkan
wanita untuk bekerja, dia tidak mengizinkan wanita untuk mandiri. Istrinya
dirumah hanya mengurusi rumah, anak dan suaminya. Tak akan heran bila saat ini
Louisa, istri ayahku memiliki tubuh yang sehat.
Dia adalah type wanita keibuan yang entah mengapa tak pernah
kucoba untuk akrab dengannya. Aku masih belum bisa menerima kehadiran wanita
lain untuk menggantikan ibu kandungku dan.. usiaku sudah dua puluh delapan
tahun sekarang, aku tidak perlu seorang ibu lagi.
Yang kuperlukan adalah seorang istri, yang entah dimana
berada sekarang. Yah, aku tahu.. calon istriku sedang sibuk bersembunyi dariku
di dalam mimpi. Aku tak bisa membayangkan wanita lain yang akan menjadi
istriku, hatiku telah dicuri oleh wanita dalam mimpi itu. Wanita yang tak
bernama, entah siapa namanya..
“Ada kabar buruk, aku tidak bisa datang ke pertemuan itu. Aku
rasa pertemuan ini kuserahkan padamu, Eric. Kau harus berhasil membujuk Mr.
Duncan. Makan siang kali ini aku terpaksa tidak bisa menemanimu” kata ayahku
dengan wajah memelas. Aku tak yakin bila dia sesedih itu tidak bisa makan siang
bersamaku, mungkin dia sedih karena tidak bisa ikut membujuk Mr. Duncan karena
ayah tidak yakin aku akan bisa menangani tugas ini.
Well, akan kubuktikan ayah salah. Aku cukup kompeten dalam
pekerjaanku, selama ini aku hanya tidak memiliki kesempatan untuk menunjukan
kemampuanku. Aku selalu berada dibalik bayang-bayang ayahku, yang tak pernah
kusesali. Aku lebih suka low profile,
aku ingin memiliki cukup waktu untuk diriku sendiri, banyak yang harus
kupikirkan.
“Tak apa-apa, Dad. Aku pasti berhasil membujuk Mr. Duncan”
jawabku datar. http://volcanoresolves.blogspot.com Ayah memandangku lagi, meneliti wajahku seolah aku adalah bocah
berusia lima tahun yang akan tersesat dijalan bila tidak dituntun oleh orang
dewasa.
“Pergilah, aku akan menghubungimu nanti” kataku lagi.
Ayah berpikir sejenak sebelum memanggil sopir pribadinya
mendekat.
“Leroy akan mengantarkanmu kesana” ayahku memintaku memakai
limousinenya untuk pergi ke restoran itu, sungguh sayang sekali, aku sedang
ingin mengemudikan mobilku sendiri.
“Tidak usah, Dad. Aku ingin mengemudi
sendiri hari ini, aku bisa memikirkan sesuatu dijalan” lalu kutinggalkan ayahku
sebelum dia bisa membantah perkataanku. Ku dengar suara ayahku memanggil namun
tak kuperdulikan. Aku terus melangkah melewati pintu lobi kantor dan menghilang
di parkiran.
º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba shin
ReplyDeleteKpn kluarnya tu cwe dr mimpi ,xixixixix
kapan2 ya rin :haahah:
Deleteomo.....jgn2 cewek didalam mimpi itu aku :) hahaha thanks mbk shin <3
ReplyDeleteahhahhaa bisa jadi ne..
Deletesama2 :D
Eric VOLCANO Reich?
ReplyDelete*ngarang*
apa Eric reinkarnasi dari piter volcano?
apa mimpi2 itu, adalah masa lalu nya?
siapakah yg akan menjadi isterinya?
*berasa host insert investigasi*
P.E.N.A.S.A.R.A.N
ditunggu cerita selanjut nya mba shin :*
ahahahha.. tet tot tet tot tet... apakah jawabannya??? mari kita tunggu bersama :D
DeleteMbak Shin ....
ReplyDeleteTengkyuuuuu
makasi sista :D
Deleteasik.. My Piotr muncul.. *.*
ReplyDeleteMba Shin, si cwe mimpi kpan muncul??
#udh g' sbr.. Xixi
Thanks yah mba :*
kapan ya? lupa aku sil. aku belum bagi2 ceritanya jadiin chapter, jd diketik memanjang gt. wkwkkwkkw... mana belum lanjutin lg..
Deletesama2 sila :D
pny aq kale piotr nya,piter jg pknya pny aq
Deletehee.....
Deleteaq tw Eric Piotr Volcano Reich ya,ya kan? dpt 1bab,mba shin.aq galau ky eric,knp crta mu VE terkenang mpe sukma qu eaaaaaa lebay hahah mksh mba shin,1bab lg ya hahah
ReplyDeletebukan, udah beda lagi. hahahaha.. ndak dapet.. ndak dapet.. yeyeyyeyeye... ihihihih
Deletewah, bagus donk ren.. kl sampe terkenang gt.. hahahaa :authornya ikut seneng:
aq salah? ish mkn kepoo deh,dlnjt ya.pkny piotr nya bwt aq
ReplyDeletelah piter apa piotr nih??
Deletehmmmm baca semalam baru bisa komen pagi2nya hhe
ReplyDeletemaaf ya mba... susah kalo komen di HP hhe
ceweknya kapan turun tangga mba??? hhe
kejem juga yah ayahnya.. bisa stress punya ayah yang ngga pernah mengakui kehebatan anaknya sendiri....
hhahahh nanti.... di chapter2 4-5 kl gak salah :D
Deleteheheheh yah, namanya jg bapak kolot n saklek. lol
romantisme cinta peter ma liza *skrng jd sapa yah* emang bener bikin penasaran, sabar ya peter cewek na lagi diumpetin ma Mb Shin he.he.he
ReplyDeletehahaah tuh kan ada nama2nya. dibagian paling bawah page ini. hihihih iya lg aku umpetin
DeleteKayaknya ntar d acara pertemuan ini eric bakalan ketemu sama cewe yg d mimpinya dy ya
ReplyDelete*mengarang
Makasih mba shin selalu q tggu kelanjtanya
hahaha mari kita mengarang bebas. ihihi... siap. makasi jg sist srie :D
DeleteIyes iyes iyes
ReplyDeleteDi post chapter 1 nya
Ditunggu kelanjutannya ya mb shin :D
sip sip sip
Delete