Thursday, March 7, 2013

Volcano Resolves - Chapter 1



Berhari-hari sudah aku merenung dibalik meja kerjaku yang dipenuhi tumpukan file dan surat yang harus aku periksa, tak ada satu pekerjaan pun yang bisa aku tangani hingga selesai dengan baik hari ini. Kepalaku dipenuhi oleh pikiran-pikiran mengenai mimpi-mimpi yang mendatangi tidurku setiap malam kini.

Sebelumnya tak pernah sesering ini mimpi itu menghampiriku, kini terasa lebih jelas. Aku bahkan hampir mampu mengingat wajah wanita itu, wajah wanita yang selalu hadir dalam setiap mimpi anehku. Belakangan lokasi mimpiku selalu ditempat yang sama, areal perkebunan bunga lavender yang terbentang luas sepanjang cakrawala. Kami hanya berdua, tiada makhluk hidup lain disekitar kami. Bahkan tak seekor burung pun terlihat beterbangan di langit, hanya langit cerah dengan awan tipis membayangi langit biru.


Wanita itu tumbuh dalam mimpiku. Selama sepuluh tahun dia mengisi mimpi anehku, aku melihat perubahan fisiknya dengan nyata. Pertama kali aku melihatnya, dia hanyalah gadis remaja kecil masih dengan ikat kuncir kuda disamping kepalanya. Dengan rok dan kaos polos sambil memegang bunga mawar merah dikejauhan ketika pertama kumelihatnya.

Dia selalu tersenyum, butuh waktu setahun baginya http://volcanoresolves.blogspot.com untuk menyerahkan bunga yang sedang dipegangnya dengan erat padaku. Sejak saat itu kami selalu menghabiskan waktu berdua, duduk diam dikursi tunggu stasiun kereta api, memandang ke sudut jauh rel kereta api, menunggu gerbong kereta yang tak kunjung datang.

Dunia dalam mimpiku begitu aneh, begitu sunyi senyap. Tak ada suara hewan, hanya semilir angin yang membelai dedaunan pada pohon dan rerumputan. Tapi dunia itu serasa nyata, wangi-wangi bebungaan dan udara yang segar bisa kurasakan, harum dan memenuhi paru-paru.

Sungguh jauh berbeda dengan udara yang biasa kuhirup untuk bernafas. Polusi udara yang semakin berat telah meracuni oksigen, terkadang aku memerlukan sebuah masker untuk melindungi pernafasanku bila ingin berjalan menyusuri trotoar di sepanjang jalan menuju kantorku.

Yah, terkadang aku memang lebih memilih berjalan kaki dan meninggalkan mobilku lima blok jauhnya, hanya untuk meregangkan sedikit otot-otot tubuhku yang seharian terpaksa berkutat di atas kursi kerja yang kini telah menusuk pantatku bagaikan ribuan duri yang sangat menyakitkan.

Saat ini, aku bekerja sebagai kepala konsultan bisnis dan keuangan di perusahaan milik ayahku. Reich’s Financial Solution, sebuah perusahaan investasi yang memberikan pinjaman dana bagi siapapun yang memenuhi syarat. Singkatnya, ayahku memiliki sebuah usaha keuangan yang telah memiliki rantai kerjasama di seluruh dunia berupa Bank, tempat orang menabung dan meminjam kredit.

Kami mengurusi keuangan bank-bank yang tergabung dalam kelompok rantai finansial itu dan bertugas me-manage segala urusan komplain serta bertanggung jawab mewakili bank-bank itu di pemerintahan bila bank-bank itu memiliki masalah. Bukan pekerjaan yang mudah, terutama bila bank-bank yang kami wakili itu tersangkut dengan masalah korupsi, maka tak heran perusahaan kami memiliki banyak pengacara-pengacara handal di setiap negara dimana bank yang tergabung dalam rantai finansial ini berada.

Tak kurang dari tiga puluh negara-negara besar di dunia telah tergabung dalam rantai finansial kami, sehingga bila pekerjaan dimejaku ini tidak kuselesaikan hari ini juga maka kerugian yang kami derita akan sangat menyakitkan.

Kembali pada mimpiku, setiap aku terbangun dari mimpi itu perasaan hampa yang sama selalu menghampiri. Hampa, kosong, kesepian, seolah ada sesuatu yang diambil dari dalam hidupku. Perlahan-lahan, sedikit demi sedikit perasaan itu mengubahku menjadi diriku sekarang. Aku jarang berbicara bila tidak perlu, aku pendiam, lebih senang larut dalam pikiranku sendiri daripada berbicara dengan orang lain.

Untungnya aku tidak perlu berpura-pura berbicara dengan orang lain karena kedudukanku di perusahaan ini. Aku hanya berbicara bila menginginkan sesuatu, terkadang aku menuliskan memo pada bawahanku dan mendiktekan perintah-perintah melalui email yang kukirimkan pada setiap kepala bagian. Aku tak perlu bersusah-susah menjual ucapanku di depan para direktur bank-bank yang berkerja sama dengan kami, karena tugas itu sudah diambil oleh ayahku.

Aku cukup memberikan bahan-bahan yang harus dipresentasikan olehnya. Ayahku cukup mengerti dengan keenggananku berbicara di depan publik, saat aku kanak-kanak aku cukup aktif berbicara, hanya karena diterjang oleh mimpi-mimpi aneh inilah akhirnya keinginan untuk mengungkapkan isi hatiku mulai kuhapus.

Tak akan ada yang mengerti apa yang kualami, mereka akan memandangku dengan pandangan iba dan menganggap aku gila. Atau mungkin aku memang gila, mungkin benar kata mereka, aku gila. Gila karena membayangkan diriku bermimpi hal yang sama selama sepuluh tahun. Bukankah itu gila?

Saat tahun-tahun pertama aku mendapat mimpi ini, hampir semua temanku mengetahui mimpiku, namun lambat laun mereka hanya menganggap perbuatanku ini sebagai kelakukan pemuda yang mencari perhatian lebih. Hah! Aku tidak memerlukan perhatian lebih, aku tidak perlu berbohong hanya untuk mencari perhatian.

Perhatian apa yang aku perlukan? Untuk mendapatkan lawan jenis? Tidak perlu! Meskipun aku tak banyak  bicara saat bersama orang banyak, aku tak perlu berbicara juga di atas ranjang kan? Dan aku tidak kesulitan untuk mencari penghangat ranjangku. Bahkan aku pernah memiliki hubungan yang cukup serius dengan beberapa wanita meskipun akhirnya kami berpisah karena kurangnya chemistry yang kami rasakan.

Aku tidak menyalahkan mereka, nampaknya mereka tidak sanggup menghadapiku yang pendiam dan lebih banyak merenung daripada mengikuti keinginan mereka untuk bersenang-senang di klab malam ataupun dunia malam lain dan pesta-pesta glamour yang semestinya kuikuti.

Terkadang aku mendapat undangan pesta dari kerabat bangsawan keluarga ibuku, yang sering kutolak. Aku tidak terbiasa berada dalam lingkungan seperti itu, ayahku mendidikku menjadi orang biasa, menjadi manusia yang menganggap semua manusia lain adalah sama.

Dan itulah yang aku percayai hingga kini, yang membedakanku dengan orang lain hanyalah seberapa keras aku berusaha dan seberapa besar keberuntungan yang kumiliki, hanya itu.

Handphoneku berdering keras membuyarkan lamunanku akan mimpi yang sering kualami. Ayah menelphoneku, sudah waktunya berangkat ke tempat makan siang kami. Disana kami akan menemui seorang rekan dalam pemerintahan yang biasanya menangani masalah pelulusan izin permintaan kredit jaminan bank.

Kami perlu menjelaskan beberapa hal padanya agar tujuan akhir kami dapatkan, sudah tiga bulan permintaan izin ini terbengkalai dan kami benar-benar tidak memiliki banyak waktu lagi. Kami harus bisa membujuknya agar membantu kami, atau kami harus bersiap-siap kehilangan satu bank rekanan yang terkena kredit macet akibat pengaruh krisis ekonomi.

Aku menyambar jas hangatku, saat ini London sedang dilanda musim gugur yang cukup sejuk. Meski tak sedingin musim salju, namun angin yang berhembus dengan kencang mampu menusuk hinga ke tulangmu saat malam hari. Tubuhku pernah hampir membeku ketika menunggu jemputan limousine ayahku untuk membawa kami ke sebuah pertemuan bisnis lain, bila tiada rokok ditangan mungkin aku benar-benar harus dirawat dirumah sakit waktu itu.

Ayahku telah menunggu di lobi, dia sedang berbincang dengan seseorang, mungkin asistennya aku tidak terlalu jelas melihatnya. Untuk laki-laki seusianya, Mr. Josh Reich masih terlihat elegan dan tampan. Bila ayahku seorang don juan, aku yakin dia mampu menggaet wanita manapun yang dia inginkan. Tapi demikian, ayahku cukup setia pada istrinya, aku tidak pernah mendengar desas-desus mengenai perselingkuhannya diluaran.

Ayahku adalah orang yang disiplin bila memberi aturan pada orang lain, terutama diriku. Dia mencoba membentukku menjadi apa yang tidak dia bisa. Namun aku tidak yakin hal apa yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Josh Reich, hal apa yang harus kulakukan untuk membuat ayahku mengakui kehebatanku?

Ah.. aku memang tidak memiliki kehebatan apa-apa, aku hanyalah anak laki-laki satu-satunya dari ayahku. Kedua adikku berbeda ibu adalah perempuan, mereka kini sedang berada dibangku high school dan belum mengerti mengenai bisnis. Aku tak akan heran bila suatu hari ayah lebih memilih untuk menikahkan mereka tanpa memberikan mereka kesempatan menginjakan kaki di perusahaan ini.

Ayahku adalah pria yang cukup kolot, dia tidak membiarkan wanita untuk bekerja, dia tidak mengizinkan wanita untuk mandiri. Istrinya dirumah hanya mengurusi rumah, anak dan suaminya. Tak akan heran bila saat ini Louisa, istri ayahku memiliki tubuh yang sehat.

Dia adalah type wanita keibuan yang entah mengapa tak pernah kucoba untuk akrab dengannya. Aku masih belum bisa menerima kehadiran wanita lain untuk menggantikan ibu kandungku dan.. usiaku sudah dua puluh delapan tahun sekarang, aku tidak perlu seorang ibu lagi.

Yang kuperlukan adalah seorang istri, yang entah dimana berada sekarang. Yah, aku tahu.. calon istriku sedang sibuk bersembunyi dariku di dalam mimpi. Aku tak bisa membayangkan wanita lain yang akan menjadi istriku, hatiku telah dicuri oleh wanita dalam mimpi itu. Wanita yang tak bernama, entah siapa namanya..

“Ada kabar buruk, aku tidak bisa datang ke pertemuan itu. Aku rasa pertemuan ini kuserahkan padamu, Eric. Kau harus berhasil membujuk Mr. Duncan. Makan siang kali ini aku terpaksa tidak bisa menemanimu” kata ayahku dengan wajah memelas. Aku tak yakin bila dia sesedih itu tidak bisa makan siang bersamaku, mungkin dia sedih karena tidak bisa ikut membujuk Mr. Duncan karena ayah tidak yakin aku akan bisa menangani tugas ini.

Well, akan kubuktikan ayah salah. Aku cukup kompeten dalam pekerjaanku, selama ini aku hanya tidak memiliki kesempatan untuk menunjukan kemampuanku. Aku selalu berada dibalik bayang-bayang ayahku, yang tak pernah kusesali. Aku lebih suka low profile, aku ingin memiliki cukup waktu untuk diriku sendiri, banyak yang harus kupikirkan.

“Tak apa-apa, Dad. Aku pasti berhasil membujuk Mr. Duncan” jawabku datar. http://volcanoresolves.blogspot.com Ayah memandangku lagi, meneliti wajahku seolah aku adalah bocah berusia lima tahun yang akan tersesat dijalan bila tidak dituntun oleh orang dewasa.

“Pergilah, aku akan menghubungimu nanti” kataku lagi.

Ayah berpikir sejenak sebelum memanggil sopir pribadinya mendekat.

“Leroy akan mengantarkanmu kesana” ayahku memintaku memakai limousinenya untuk pergi ke restoran itu, sungguh sayang sekali, aku sedang ingin mengemudikan mobilku sendiri.


“Tidak usah, Dad. Aku ingin mengemudi sendiri hari ini, aku bisa memikirkan sesuatu dijalan” lalu kutinggalkan ayahku sebelum dia bisa membantah perkataanku. Ku dengar suara ayahku memanggil namun tak kuperdulikan. Aku terus melangkah melewati pintu lobi kantor dan menghilang di parkiran. 

24 comments:

  1. º°˚˚°º♏:)Ą:)K:)Ä:)§:)Ǐ:)♓º°˚˚°º ya mba shin
    Kpn kluarnya tu cwe dr mimpi ,xixixixix

    ReplyDelete
  2. omo.....jgn2 cewek didalam mimpi itu aku :) hahaha thanks mbk shin <3

    ReplyDelete
  3. Eric VOLCANO Reich?
    *ngarang*
    apa Eric reinkarnasi dari piter volcano?
    apa mimpi2 itu, adalah masa lalu nya?
    siapakah yg akan menjadi isterinya?
    *berasa host insert investigasi*

    P.E.N.A.S.A.R.A.N
    ditunggu cerita selanjut nya mba shin :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahahha.. tet tot tet tot tet... apakah jawabannya??? mari kita tunggu bersama :D

      Delete
  4. asik.. My Piotr muncul.. *.*

    Mba Shin, si cwe mimpi kpan muncul??
    #udh g' sbr.. Xixi
    Thanks yah mba :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. kapan ya? lupa aku sil. aku belum bagi2 ceritanya jadiin chapter, jd diketik memanjang gt. wkwkkwkkw... mana belum lanjutin lg..

      sama2 sila :D

      Delete
    2. pny aq kale piotr nya,piter jg pknya pny aq

      Delete
  5. aq tw Eric Piotr Volcano Reich ya,ya kan? dpt 1bab,mba shin.aq galau ky eric,knp crta mu VE terkenang mpe sukma qu eaaaaaa lebay hahah mksh mba shin,1bab lg ya hahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan, udah beda lagi. hahahaha.. ndak dapet.. ndak dapet.. yeyeyyeyeye... ihihihih

      wah, bagus donk ren.. kl sampe terkenang gt.. hahahaa :authornya ikut seneng:

      Delete
  6. aq salah? ish mkn kepoo deh,dlnjt ya.pkny piotr nya bwt aq

    ReplyDelete
  7. hmmmm baca semalam baru bisa komen pagi2nya hhe
    maaf ya mba... susah kalo komen di HP hhe

    ceweknya kapan turun tangga mba??? hhe

    kejem juga yah ayahnya.. bisa stress punya ayah yang ngga pernah mengakui kehebatan anaknya sendiri....

    ReplyDelete
    Replies
    1. hhahahh nanti.... di chapter2 4-5 kl gak salah :D

      heheheh yah, namanya jg bapak kolot n saklek. lol

      Delete
  8. romantisme cinta peter ma liza *skrng jd sapa yah* emang bener bikin penasaran, sabar ya peter cewek na lagi diumpetin ma Mb Shin he.he.he

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaah tuh kan ada nama2nya. dibagian paling bawah page ini. hihihih iya lg aku umpetin

      Delete
  9. Kayaknya ntar d acara pertemuan ini eric bakalan ketemu sama cewe yg d mimpinya dy ya
    *mengarang
    Makasih mba shin selalu q tggu kelanjtanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha mari kita mengarang bebas. ihihi... siap. makasi jg sist srie :D

      Delete
  10. Iyes iyes iyes
    Di post chapter 1 nya
    Ditunggu kelanjutannya ya mb shin :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...